Satu

Saling membelakangi dan saling pergi
Keduanya saling berlari dari sebuah angka "satu"
Yang kehilangan harapannya untuk menjadi "satu".
Akan menjadi rumit ketika kejujuran dihalangi kekecewaan.
Ada yang ingin bicara, ingin pula didengarkan  tapi terlalu takut untuk mengambil resiko.
Bukankah untuk sebagian orang akan semakin menyakitkan bila dijelaskan?

puisi

Biarlah

Yang lalu dibelakang sana

Tak usah kau paksa

Ia sudah berupaya

       Kau tak akan tahu

       Bahwa setiap malamnya diisi dengan merindu

       Dan harapanpun

       Kau tak perlu tahu

 

ke kesal-an hari ini.

Suka merasa kesal dan aneh sama orang-orang yang berpikiran sempit, masalah dia dengan si A tapi harus membawa nama si Z. Suka gak habis pikir kenapa ada orang yang kaya gitu. Bahkan si Z udah pernah bicara empat mata sama si dia, dan rasanya itu gaada maalah yang harus diributin. Tapi sampai satu tahun berikutnya dia masih mengusik si Z.  

hanya saja

Aku pernah merasakan sangat dicintai
Sampai akhirnya aku sendiri yang melukai cinta itu
Ditanya menyesal atau tidak
Aku tak tahu jawabannya
Hanya saja
Aku masih memikirkannya dalam diam
Aku masih merindukannya dalam tangis
Masih mengharapkanya dalam doa.

?

Ingin tapi tak diberi kesempatan
Tak dianggap ada
Aku merasakan itu, apa aku terlalu perasa?
Apa aku yang kurang berbaur dengan mereka?
Apa aku yang tidak cakap akan komunikasi?
Apa aku yang kurang pengetahuan?
Aku ingin, sungguh.
Tapi tak pernah dilihat.

Lalu

Terkadang, aku membuka lembara lama
Membuka kenangan yang menyiksakan
Membaca kalimat-kalimat yang tak mengenakan
Sampai pada hati yang sangat dalam
Betapa menyesakkan
Betapa sangat menyakitkan itu semua kalian lontarkan
Betapa sampai saat ini aku terlalu rapuh akan kalimat itu
Betapa aku hanya bisa membenci keadaan pada saat itu

Bukankah kalian ingin dimengerti?
Tapi kenapa tak mencoba untuk mengerti aku
Kenapa hanya kalian yang berhak marah dan memutuskan
Kenapa hanya aku disini yang ditinggalkan

Hai

Seandainya kamu melihat ini, seseorang yang hampir menjadi milikku, seseorang yang dulu.
Hai, jagalah kesehatanmu, istirahatlah yang cukup. Matahari tampak gelap disini, disusuli petir kencang yang menakutkan, Hujan yang berkali-kali datang dan pergi, Pelangi yang tak kunjung datang. Dua tahun berlalu, Bagaimana Kabarmu?
Aku ingat sore itu, aku ingat raut wajahmu. Senang sedih kesal kecewa selalu bercampur ketika bertemu. maafkan aku untuk tak bisa kembali lagi. Tapi, tanpa kau sadari, aku selalu menyelipkan hal-hal kecil tentangmu dikeseharianku. Aku suka tawamu, senyum kecilmu, apalagi suara indahmu, aku suka warna kebahagiaanmu, dan bagaimana wajahmu terukir. Kau harus bisa lebih percaya diri dengan semua kekurangan dan kelebihanmu. karena kekuranganmu sangatlah unik, dan kelebihanmu sangatlah langka. Maafkan aku yang kadang sulit untuk berkata. Melihatmu saja membuatku terdiam dalam kesenangan. Mungkin sekarang kau sudah dengan seseorang yang baru, yang lebih baik dari aku. Terbanglah sebebas mungkin, wahai elang. Terbanglah sejauh mungkin. Maaf, aku sudah membuatmu jatuh terlalu dalam. Maaf, aku sudah membuang waktumu. Seharusnya kuucapkan saja dari awal, tapi raut wajahmu selalu membuatku bingung.
"Lain waktu, Langsung saja ungkapkan isi hatimu. Jangan buat cinta barumu ragu, dan akhirnya membuat pilihan salah sepertiku. Jangan menenggelamkan cinta barumu dengan pertanyaan rumitmu. Buatlah ia nyaman, dengan memberi kepastian. Dan, janganlah terlalu mengekangnya, beri ia waktu sendiri, mungkin ia juga butuh waktu untuk mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu. Bantu ia berdiri dari lubang kepedihannya."
Oh ya, terimakasih untuk lagu-lagumu yang akan selalu membuat kenangan kecil dihatiku. Terimakasih atas saranmu untuk lagu Sheila on Seven & The Overtunes. Kamu selalu memiliki selera yang bagus.